Kamis, 04 Agustus 2011

Efek Pelukan Lebih Dahsyat Dibanding Bercinta




Pelukan diklaim memiliki efek keintiman lebih dahsyat dibandingkan hubungan seksual.

Seberapa sering Anda memeluk pasangan? Tak hanya sekadar mempererat hubungan secara fisik, pelukan merupakan ekspresi kasih sayang yang dapat menjaga keharmonisan hubungan melebihi hubungan intim.

Sebuah penelitian mengungkap bahwa pelukan akan meningkatkan produksi hormon cinta oksitosin yang akan meredam hormon stres kortisol. Bahkan, tingginya frekuensi pelukan antarpasangan menjadi indikator hubungan harmonis yang lebih akurat dibandingkan frekuensi hubungan intim.

"Berpelukan bukan hanya memberikan kenikmatan sensual, tetapi juga perasaan nyaman, aman, dan meningkatkan rasa persahabatan. Semuanya sama pentingnya dengan manfaat hubungan seksual,“ ujar Paula Hall, pakar hubungan dari layanan kencan online 'Parship', seperti dikutip dari laman Daily Mail.

Menurut Paula, pelukan yang kerap dilakukan dapat menciptakan keintiman hubungan emosional yang sebenarnya. Efeknya diklaim jauh lebih besar dibandingkan hubungan seksual yang cenderung menjadi media untuk mencairkan kebekuan komunikasi secara emosi.

Ia menambahkan bahwa tindakan non-seksual seperti, memeluk, dan membelai, mendorong ikatan emosional yang lebih santai. Percakapan pun akan terasa lebih intim. Ini terjadi karena memeluk, menyentuh dan membelai menghasilkan hormon oksitosin yang menghasilkan perasaan bahagia.

"Oksitosin diproduksi dengan sentuhan dan membuat kita merasa baik, juga menginspirasi kita untuk menyentuh lebih banyak," kata Paula. "Itu berarti bahwa semakin sering Anda menyentuh, Anda akan merasa semakin dekat dan semakin ingin menyentuh."

Keuntungan lain pelukan adalah bisa dilakukan di mana saja dan kapan saja, tidak seperti hubungan seksual yang membutuhkan tempat sangat privat.

Oksitosin
Peningkatan produksi hormon oksitosin menjadi kunci utama efek dahsyat pelukan. Peningkatan hormon ini juga terjadi setelah persalinan yang memengaruhi terbentuknya ikatan kuat antara ibu dan anak. Yang pasti, peningkatan oksitosin akan menumbuhkan rasa cinta, bahagia, tenang, dan nyaman.

Oksitosin juga terbukti dapat menurunkan tekanan darah dan hormon stres kortisol. "Oksitosin bahkan memainkan peran dalam membantu tubuh tetap sehat . Oksitosin juga sebagai anti-inflamasi alami, dan memiliki sifat anti penuaan,” kata psikiater klinis dan penulis Dr Brenda Davies mengatakan.

Dalam kondisi normal, pria dan wanita menghasilkan jumlah oksitosin yang sama di tubuhnya. Namun, wanita cenderung merasakan efek yang lebih kuat karena dipengaruhi hormon estrogen. "Bagi banyak wanita, Anda bisa mengatakan oksitosin adalah berkah, karena membuat pria lebih empati," kata Dr Keith Kendrick dari Universitas Cambridge.
• VIVAnews

Mencegah Bau Mulut Saat Puasa


Selama menjalankan ibadah puasa, masalah bau mulut seringkali menimbulkan ketidaknyamanan. Masalah yang kerap terjadi menjadi hambatan dalam pergaulan dan membuat minder.

Saat berpuasa, produksi air liur dalam mulut dan dalam saluran pencernaan berkurang sehingga menjadi lebih kering. Akibatnya timbul halitosis atau bau mulut.

Bau mulut juga dapat disebabkan penyakit sistemis seperti liver, lambung, saluran pernapasan serta ginjal akut. Sedangkan penyakit gigi dan mulut penyebab napas tak segar di antaranya gigi berlubang, radang gusi, gingivitis karena karang gigi, dan periodontitis.

Sebenarnya bau mulut saat menjalankan puasa tak perlu dirisaukan. Simak beberapa tips sederhana mencegah bau mulut selama puasa, seperti dikutip dari holisticcare-dentalclinic.

Menjaga kesehatan gigi dan mulut dengan menggosok gigi dan lidah secara benar. Bersihkan sela-sela gigi dengan benang gigi. Jika menggunakan cairan kumur, jangan memakai cairan dengan kandungan alkohol di atas 25 persen karena memicu risiko kanker rongga mulut.

Periksa ke dokter gigi Anda minimal enam bulan sekali. Bila ada waktu, lakukan spa gigi dua kali dalam sebulan untuk menjaga kesehatan gigi.

Hindari rokok dan alkohol karena berefek memperburuk status kebersihan mulut yang memicu terjadinya gingivitis dan periodontitis. Alkohol mengurangi produksi air liur yang akan memperparah bau mulut.

Perbanyak konsumsi buah-buahan pengusir bau mulut seperti apel, bengkuang dan wortel. Teh hijau mengandung bahan aktif catechin yang dapat menghilangkan plak, menurunkan kadar gula, dan membunuh bakteri penyebab bau mulut. Minumlah 2-5 cangkir teh hijau sehari.

Keju yang rendah karbohidrat, tinggi kalsium dan mengandung fosfat, dapat memperkuat email gigi, meningkatkan produksi air liur dan mengurangi pertumbuhan karang gigi.

Perbanyak konsumsi air putih minimal satu liter atau delapan gelas sehari selama berbuka hingga sahur. Ini untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh.

Asup makanan probiotik seperti yogurt yang memelihara pencernaan dan menghambat bau mulut.


Mengapa Bau Mulut Muncul

Penyebab utama nafas tak sedap, yang dalam istilah medis disebut halitosis, itu adalah penumpukan bakteri yang tumbuh subur di area minim oksigen seperti belakang lidah, dan celah gigi.

Penumpukan bakteri memicu gangguan keseimbangan asam mulut seperti air liur kental, dan mulut kering. Dalam kondisi ini, asam amino terpecah dan menghasilkan gas sulfur yang memicu timbulnya bau tak sedap.

Munculnya bakteri di dalam mulut biasanya bersumber dari sisa makanan, dan karang gigi. Cukup dengan menyikat gigi atau berkumur cairan penyegar mulut, bakteri akan enyah dan nafas kembali segar.

Namun, ketika sikat gigi dan cairan penyegar mulut tak lagi bekerja, cobalah rajin mengonsumsi yoghurt bebas gula yang mengandung bakteri streptococcus thermophilus dan lactobacillus bulgaricus. Menurut para peneliti dari Jepang, dua bakteri 'baik' itu bermanfaat untuk mematikan bakteri penyebab bau mulut.

Sementara para peneliti asal Amerika menganjurkan para pengidap gangguan bau mulut untuk banyak mengonsumsi teh hitam. Kandungan polifenol dalam secangkir teh hitam bermanfaat membunuh bakteri patogen di dalam mulut.

Perlu diwaspadai jika keluhan bau mulut muncul berkepanjangan dan tak hilang meski telah membersihkan gigi dan mulut. Bau mulut berkepanjangan bisa menjadi pertanda adanya penyakit seperti diabetes, jantung, gagal ginjal, liver, dan gangguan pada pencernaan.

Cara termudah untuk mengetahui apakah mulut Anda mengeluarkan aroma tak sedap adalah dengan menjilat atau menggigit bagian dalam pergelangan tangan lalu menciumnya. Jika berbau menyengat, segera atasi dengan membersihkan mulut Anda dari bakteri jahat.

Sumber: vivanews